Sunday, January 10, 2010

53. JANGAN ASAL BONCENGAN MOTOR

JANGAN ASAL BONCENGAN MOTOR


Membonceng adalah aktifitas berkendara yang dilakukan seseorang tanpa harus terlibat dalam mengendalikan kendaraan. Seseorang yang melakukan aktifitas membonceng kerap disebut dengan istilah ‘boncenger’ atau pembonceng. Kini yang menjadi bahasan adalah bagaimana pengendara seharusnya memperlakukan pembonceng. Dan bagaimana pembonceng menyikapi segala sesuatunya saat kendaraan diam maupun bergerak.

Aktifitas membonceng di mata pengendara kita masih menjadi momok yang belum penting untuk diperhatikan. Entah memang tidak menakutkan atau memang memliki keterbatasan informasi soal keselamatan. Memberikan tumpangan pada orang lain tentunya akan merubah dinamika berkendara secara keseluruhan.

Gerakan kendaraan dan gerakan tubuh dari dua orang bisa saja tidak selaras. Apalagi jika ruang membonceng di isi dari jumlah yang semestinya. Kita idealnya terus memperlebar wawasan pengetahuan tentang apapun yang berhubungan dengan berkendara, termasuk cara-cara memberikan tumpangan. Semua demi alasan ‘Safety’ atau keselamatan. Sudah berapa pedulikah Motobiker dalam memberikan tumpangan ?

Aspek ‘Safety’ memberikan beberapa panduan sebagai berikut agar baik pihak pengendara maupun pembonceng dapat berada dalam situasi yang aman. Ingat, bahwa kendaraan roda dua tidak di desain untuk digunakan oleh lebih dari dua orang.

Panduannya adalah sebagai berikut, idealnya dilakukan saat sebelum berkendara agar memiliki keseragaman informasi :

* Pastikan kaki pembonceng sudah mampu mencapai ‘foot step’, kenapa? Jika tidak mencapai ‘foot step’ maka kita sudah menghilangkan aspek dinamika yang berkaitan dengan keseimbangan. Pembonceng akan rentan oleng. Ini biasa terjadi jika memberikan tumpangan pada anak-anak,
* Berikan perangkat keselamatan yang sama dengan pengendara, mulai dari helm, jaket, celana panjang hingga sepatu,
* Arahkan pembonceng untuk tidak melakukan gerakan tiba-tiba yang dapat mempengaruhi kestabilan pengendara saat mengendalikan kendaraan,
* Arahkan pembonceng untuk memegang pinggang demi menjaga keseimbangan dan minta pembonceng untuk selalu mengikuti arah badan pengendara, hindari melawan arah karena kestabilan akan terganggu,
* Hindari cara membonceng dengan posisi kaki menyamping -biasanya wanita-, distribusi bobot akan berat sebelah dan si pembonceng tidak memiliki kesigapan yang sama dibanding posisi dengan dua kaki di foot step kanan-kiri,
* Pastikan berat pembonceng masih bisa di tolerir oleh maksimal tumpangan yang bisa di bawa kendaraan, berat beban maksimal kendaraan bisa dilihat di dalam buku panduan kendaraan.

Cukup sulit diterima ? Iya, jika bikers ingin mengesampingkan sisi kenyamanan dan keselamatan. Sepeda motor tidak dapat dipungkiri masih menjadi pilihan utama masyarakat kita dalam memangkas pengeluaran. Selain irit, sepeda motor juga praktis. Tapi apakah nilai irit dan praktis akan sama harganya jika terjadi hal-hal di luar dugaan semisal kecelakaan. Bersikap antisipatif dan mengejar sisi ideal hendaknya bisa pelan-pelan dilakukan.

No comments: